Deru ombak menghempas tebing
Desah badai menghantam dermaga
Detak jantung menggetarkan jiwa
Deras rasa cinta menyentuh asa
Dayaku tak punya mampuku tak kuasa
Dalam hatiku berkata
Mencintaimu rasa tak mungkin
Demi sang waktu mengalirku tanpa sebab
Degupan jantungku menyeru
Menyatakan kau milikku
Dengkulku berkata Matailah aku bila kau paksa
Desah diri ingin sekali berkata
Mencintaimu itu inginku
I'm Sorry This page is still under construction..
Rabu, 13 Agustus 2008
Senin, 07 Juli 2008
Cinta Tak Bisa Dipaksa
Bila tak pernah terjadi sesuatu pada kita biarlah
Bila kita tak di takdirkan untuk bersama takapa-apa........
Memang cinta tak bisa di paksa
Tiada salah.....
Sesampainya aku disini
Hingga mengenalmu
Mencintaimu
Mengalir melaju
Membiru dan membeku
Karena aku paham
Aku bukan cintamu
Takkan pernah....
Jangan pernah beri harapan
Jangan coba gantung cintaku
Aku mengerti
kita tidak di takdirkan bersama
Biarlah ku pergi...........
Aku rela........
Walau bercucuran air mata
Karena ku tahu cinta tak mungkin di paksa.
Bila kita tak di takdirkan untuk bersama takapa-apa........
Memang cinta tak bisa di paksa
Tiada salah.....
Sesampainya aku disini
Hingga mengenalmu
Mencintaimu
Mengalir melaju
Membiru dan membeku
Karena aku paham
Aku bukan cintamu
Takkan pernah....
Jangan pernah beri harapan
Jangan coba gantung cintaku
Aku mengerti
kita tidak di takdirkan bersama
Biarlah ku pergi...........
Aku rela........
Walau bercucuran air mata
Karena ku tahu cinta tak mungkin di paksa.
Biasa-biasa Saja
Kini masa kembali bertemu
Seiring mentari yang terus membumbung
Dan iringi deraian embun pagi
Yang terus menerus berjatuhan
Tiada hangat setelah sekian lama
Walau dulu perasaan rindu
Namun yang aku rasakan
Hanya biasa-biasa saja
Tiada senyumannya
Tida tawa
Dan tiada sapanya
Munginkah karena aku...
Hanya diam
Hanya duduk
Menjauh dari cahaya bulan purnama
Ataukah itu dia yang melakukannya……
Hingga kerinduan yang ku nanti
Hanya memecah dalam diam
Dan serasa biasa-biasa saja.
Seiring mentari yang terus membumbung
Dan iringi deraian embun pagi
Yang terus menerus berjatuhan
Tiada hangat setelah sekian lama
Walau dulu perasaan rindu
Namun yang aku rasakan
Hanya biasa-biasa saja
Tiada senyumannya
Tida tawa
Dan tiada sapanya
Munginkah karena aku...
Hanya diam
Hanya duduk
Menjauh dari cahaya bulan purnama
Ataukah itu dia yang melakukannya……
Hingga kerinduan yang ku nanti
Hanya memecah dalam diam
Dan serasa biasa-biasa saja.
BERBUIH
Di satu saat dulu
Aku sempat kehilangan kata-kata
Mulutku t’lah berbuih menyanyikan cinta
Hingga hampa dan putus asa
Kutak peduli lagi pada takdir
Hari t’lah berkali-kali menyapaku
Hingga bulanpun tak kutanggapi
Ku kira tak pernah kutemukan lagi kata-kata yang hilang itu
Letih, betapa letih aku menautnya, kini lenyap tanpa muara
Mencarinya pun kini ku tak ingin pula
T’lah ku lupakan semua kata-kata itu
Kumulai menyusun yang baru
Aku mulai menautkan kata-kata baru
Kembali ku tautkan yang kini dengan lembaran-lembaran baru
Tak henti terus ku gali kata-kata baru
Yang bertaburan bunga-bunga mawar
Kuresapi
Ku baui dan ku rasakan
Walau mungkin suatu saat nanti mulutku kembali berbuih
Hingga ku tak sadar
Aku seperti menemukan kata-kata yang telah lama hilang itu
Ya, aku menemukannya
Aku lapar,
Aku haus,
Kan kulahap lagi kata-kata ini
Walau mulutku 'kan benar-benar mengeluarkan buih lagi
Aku sempat kehilangan kata-kata
Mulutku t’lah berbuih menyanyikan cinta
Hingga hampa dan putus asa
Kutak peduli lagi pada takdir
Hari t’lah berkali-kali menyapaku
Hingga bulanpun tak kutanggapi
Ku kira tak pernah kutemukan lagi kata-kata yang hilang itu
Letih, betapa letih aku menautnya, kini lenyap tanpa muara
Mencarinya pun kini ku tak ingin pula
T’lah ku lupakan semua kata-kata itu
Kumulai menyusun yang baru
Aku mulai menautkan kata-kata baru
Kembali ku tautkan yang kini dengan lembaran-lembaran baru
Tak henti terus ku gali kata-kata baru
Yang bertaburan bunga-bunga mawar
Kuresapi
Ku baui dan ku rasakan
Walau mungkin suatu saat nanti mulutku kembali berbuih
Hingga ku tak sadar
Aku seperti menemukan kata-kata yang telah lama hilang itu
Ya, aku menemukannya
Aku lapar,
Aku haus,
Kan kulahap lagi kata-kata ini
Walau mulutku 'kan benar-benar mengeluarkan buih lagi
Jumat, 11 April 2008
Jiwa Setia
Demi jiwa ini
Jiwa yang akan abadi kelak
Jiwa yang setia hingga nanti
Sudah terlalu lama kenangan terlewati
Saling menuntun, menapak jengkal-jengkal waktu
Kata terlerai kini sulit terburai
Hingga kau benar-benar lenyap tak tentu
Masa itu
Masih adakah jiwaku bagi asa lain
Tersisakah sekeping serpihan saja...?
Jiwa yang akan abadi kelak
Jiwa yang setia hingga nanti
Sudah terlalu lama kenangan terlewati
Saling menuntun, menapak jengkal-jengkal waktu
Kata terlerai kini sulit terburai
Hingga kau benar-benar lenyap tak tentu
Masa itu
Masih adakah jiwaku bagi asa lain
Tersisakah sekeping serpihan saja...?
Mentari Mati
Ketika dulu hati ini mati
Tak berasa apa dalam debu dan angin
Ketika dulu yang kutanti jauh melangit
Dahaga tuk memiliki terus menggigit
Dikala hati mulai bernafas seperti dulu
Hatimu mulai kusibak lewat bayang itu
Ketika dulu patah asa
Kutermenung menatap mentari mati
Teringat bahwa aku takkan berarti
Hiduppun terasa nyeri
Aku tak akan memiliki Impian
Tak akan memiliki kenangan
Aku tak punya apapun
Selama aku belum memilikimu dalam dekapan
Kini namamu t'lah terpahat di hatiku
Dan hati ini takkan lepas dari tambatmu
Selama aku masih memilikimu
Takkan ada waktu 'tuk merenung mentari mati
Dan aku takkan pernah putus asa lagi
Tak berasa apa dalam debu dan angin
Ketika dulu yang kutanti jauh melangit
Dahaga tuk memiliki terus menggigit
Dikala hati mulai bernafas seperti dulu
Hatimu mulai kusibak lewat bayang itu
Ketika dulu patah asa
Kutermenung menatap mentari mati
Teringat bahwa aku takkan berarti
Hiduppun terasa nyeri
Aku tak akan memiliki Impian
Tak akan memiliki kenangan
Aku tak punya apapun
Selama aku belum memilikimu dalam dekapan
Kini namamu t'lah terpahat di hatiku
Dan hati ini takkan lepas dari tambatmu
Selama aku masih memilikimu
Takkan ada waktu 'tuk merenung mentari mati
Dan aku takkan pernah putus asa lagi
Rabu, 09 April 2008
Menunggu, harap...
Jika hari telah teduh,
'kan kujemput kau dikala petang
dengan segenggam harapan
'kan kita semaikan benih kerinduan itu,
di ladang yang telah lama kita siapkan
dan dikala kita menanti semi datang
kubawakan seteguk cinta di gersangnya hati ini
Kita hanya pandai bercita sayang...
kini teduh itu belum juga datang.
'kan kujemput kau dikala petang
dengan segenggam harapan
'kan kita semaikan benih kerinduan itu,
di ladang yang telah lama kita siapkan
dan dikala kita menanti semi datang
kubawakan seteguk cinta di gersangnya hati ini
Kita hanya pandai bercita sayang...
kini teduh itu belum juga datang.
Langganan:
Postingan (Atom)